KONSEP DIRI
Masalah-masalah rumit yang dialami manusia, seringkali dan bahkan
hampir semua, sebenarnya berasal dari dalam diri. Mereka tanpa sadar
menciptakan mata rantai masalah yang berakar dari problem konsep diri. Dengan
kemampuan berpikir dan menilai, manusia malah suka menilai yang macam-macam
terhadap diri sendiri maupun sesuatu atau orang lain – dan bahkan meyakini
persepsinya yang belum tentu obyektif. Dari situlah muncul problem seperti
inferioritas, kurang percaya diri, dan hobi mengkritik diri sendiri. Artikel
berikut akan mengulas tentang konsep diri, apa dan bagaimana konsep diri
berpengaruh terhadap munculnya problem yang dialami manusia sehari-hari.
Konsep Diri
Konsep diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan,
pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan
mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya
lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal,
malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup.
Orang dengan konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap
kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Ia tidak melihat tantangan sebagai
kesempatan, namun lebih sebagai halangan. Orang dengan konsep diri negatif,
akan mudah menyerah sebelum berperang dan jika gagal, akan ada dua pihak yang
disalahkan, entah itu menyalahkan diri sendiri (secara negatif) atau
menyalahkan orang lain.
Sebaliknya seseorang dengan konsep diri yang positif akan terlihat
lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala
sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya. Kegagalan bukan dipandang
sebagai kematian, namun lebih menjadikannya sebagai penemuan dan pelajaran berharga
untuk melangkah ke depan. Orang dengan konsep diri yang positif akan mampu
menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif yang dapat dilakukan demi
keberhasilan di masa yang akan datang.
Proses Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan
seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh
orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang
terbentuk. Sikap atau respon orang tua dan lingkungan akan menjadi bahan
informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, seringkali
anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif,
atau pun lingkungan yang kurang mendukung, cenderung mempunyai konsep diri yang
negatif. Hal ini disebabkan sikap orang tua yang misalnya : suka memukul,
mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil,
tidak pernah memuji, suka marah-marah, dsb - dianggap sebagai hukuman akibat
kekurangan, kesalahan atau pun kebodohan dirinya. Jadi anak menilai dirinya
berdasarkan apa yang dia alami dan dapatkan dari lingkungan. Jika lingkungan
memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup
berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.
Konsep diri ini mempunyai sifat yang dinamis, artinya tidak luput dari
perubahan. Ada aspek-aspek yang bisa bertahan dalam jangka waktu tertentu,
namun ada pula yang mudah sekali berubah sesuai dengan situasi sesaat.
Misalnya, seorang merasa dirinya pandai dan selalu berhasil mendapatkan nilai
baik, namun suatu ketika dia mendapat angka merah. Bisa saja saat itu ia jadi
merasa “bodoh”, namun karena dasar keyakinannya yang positif, ia berusaha
memperbaiki nilai.
Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri
seseorang, seperti:
1.
Pola asuh orang tua
Pola asuh orang tua seperti sudah diuraikan di atas turut menjadi
faktor signifikan dalam mempengaruhi konsep diri yang terbentuk. Sikap positif
orang tua yang terbaca oleh anak, akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang
positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negatif orang tua akan
mengundang pertanyaan pada anak, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak
cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu
akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.
2.
Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan
kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya
terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang merasa dirinya tidak
berguna.
3.
Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang
cenderung negatif dalam memandang dan merespon segala sesuatunya, termasuk
menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan dipersepsi
secara negatif. Misalnya, tidak diundang ke sebuah pesta, maka berpikir bahwa
karena saya “miskin” maka saya tidak pantas diundang. Orang yang depresi sulit
melihat apakah dirinya mampu survive menjalani kehidupan selanjutnya. Orang
yang depresi akan menjadi super sensitif dan cenderung mudah tersinggung atau
“termakan” ucapan orang.
4.
Kritik internal
Terkadang, mengkritik diri sendiri memang dibutuhkan untuk menyadarkan
seseorang akan perbuatan yang telah dilakukan. Kritik terhadap diri sendiri
sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan
berperilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi
dengan baik.
Merubah Konsep Diri
Seringkali diri kita sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah
rumit dengan berpikir yang tidak-tidak terhadap suatu keadaan atau terhadap
diri kita sendiri. Namun, dengan sifatnya yang dinamis, konsep diri dapat
mengalami perubahan ke arah yang lebih positif. Langkah-langkah yang perlu
diambil untuk memiliki konsep diri yang positif :
v
Bersikap
obyektif dalam mengenali diri sendiri
v
Jangan abaikan pengalaman positif atau
pun keberhasilan sekecil apapun yang pernah dicapai.
v
Lihatlah talenta, bakat dan potensi diri
dan carilah cara dan kesempatan untuk mengembangkannya.
v
Janganlah terlalu berharap bahwa Anda
dapat membahagiakan semua orang atau melakukan segala sesuatu sekaligus. You
can’t be all things to all people, you can’t do all things at once, you just do
the best you could in every way....
v
Hargailah diri sendiri
Tidak ada orang lain yang lebih
menghargai diri kita selain diri sendiri. Jikalau kita tidak bisa menghargai
diri sendiri, tidak dapat melihat kebaikan yang ada pada diri sendiri, tidak
mampu memandang hal-hal baik dan positif terhadap diri, bagaimana kita bisa
menghargai orang lain dan melihat hal-hal baik yang ada dalam diri orang lain
secara positif? Jika kita tidak bisa menghargai orang lain, bagaimana orang
lain bisa menghargai diri kita ?
v
Jangan memusuhi diri sendiri
Peperangan terbesar dan paling
melelahkan adalah peperangan yang terjadi dalam diri sendiri. Sikap menyalahkan
diri sendiri secara berlebihan merupakan pertanda bahwa ada permusuhan dan
peperangan antara harapan ideal dengan kenyataan diri sejati (real self).
Akibatnya, akan timbul kelelahan mental dan rasa frustrasi yang dalam serta
makin lemah dan negatif konsep dirinya.
v
Berpikir positif dan rasional
We are what we think. All that we are arises
with our thoughts. With our thoughts, we make the world (The Buddha).
Jadi, semua itu banyak tergantung pada cara kita memandang segala
sesuatu, baik itu persoalan maupun terhadap seseorang. Jadi, kendalikan pikiran
kita jika pikiran itu mulai menyesatkan jiwa dan raga.
0 komentar:
Posting Komentar