Musibah: Bersikap Jabariyah atau Qadariyah?
Dalam ilmu teologi Islam (ilmu kalam) dikenal istilah
Jabariyah dan Qadariyah. Jabariyah dan Qadariyah adalah dua paham atau aliran
pemikiran yang berbicara dalam konteks menjawab pertanyaan teologis: perbuatan
manusia, siapakah yang menentukan?
Dalam paham Jabariyah, sekaitan dengan perbuatannya,
manusia digambarkan bagai kapas yang melayang di udara yang tidak memiliki
sedikit pun daya untuk menentukan gerakannya yang ditentukan dan digerakkan
oleh arus angin. Sedang yang berpaham Qadariyah akan menjawab, bahwa perbuatan
manusia ditentukan dan dikerjakan oleh manusia, bukan Allah. Dalam paham
Qadariyah, sekaitan dengan perbuatannya, manusia digambarkan sebagai berkuasa
penuh untuk menentukan dan mengerjakan perbuatannya.
Pada perkembangan selanjutnya, paham Jabariyah disebut juga sebagai paham
tradisional dan konservatif dalam Islam dan paham Qadariyah disebut juga
sebagai paham rasional dan liberal dalam Islam. Kedua paham teologi Islam
tersebut melandaskan diri di atas dalil-dalil naqli (agama) - sesuai pemahaman
masing-masing atas nash-nash agama (Alquran dan hadits-hadits Nabi Muhammad) -
dan aqli (argumen pikiran). Di negeri-negeri kaum Muslimin, seperti di Indonesia,
yang dominan adalah paham Jabariyah. Orang Muslim yang berpaham Qadariyah
merupakan kalangan yang terbatas atau hanya sedikit dari mereka.
Kedua paham itu dapat dicermati pada suatu peristiwa yang menimpa dan berkaitan
dengan perbuatan manusia, misalnya, kecelakaan pesawat terbang. Bagi yang
berpaham Jabariyah biasanya dengan enteng mengatakan bahwa kecelakaan itu sudah
kehendak dan perbuatan Allah. Sedang, yang berpaham Qadariyah condong mencari
tahu di mana letak peranan manusia pada kecelakaan itu
Sewaktu berulang kecelakaan di Mina pada musim haji tahun
lalu, tak kurang Menteri Agama waktu itu dapat dianggap sebagai berpaham
Jabariyah, ketika di media cetak dan elektronik beliau dengan enteng mengatakan
bahwa kecelakaan tersebut sudah takdir Allah yang harus diterima. Tentu lain
keadaannya sekiranya menteri saat itu seorang yang berpaham Qadariyah. Tentu,
dia akan lebih condong berasumsi bahwa andil manusia dalam kecelakaan Mina itu
pasti sangat besar, bukan Tuhan. Begitu pula dalam kasus kematian tiba-tiba
tokoh seperti Munir dan Baharuddin Lopa yang menarik perhatian publik. Yang
berpaham Qadariyah, kematian tersebut mesti diselidiki, jangan menunjuk
langsung Tuhan
Kedua paham teologi Islam tersebut membawa efek
masing-masing. Pada paham Jabariyah semangat melakukan investigasi sangat
kecil, karena semua peristiwa dipandang sudah kehendak dan dilakukan oleh
Allah. Sedang, pada paham Qadariyah, semangat investigasi amat besar, karena
semua peristiwa yang berkaitan dengan peranan (perbuatan) manusia harus
dipertanggungjawabkan oleh manusia melalui suatu investigasi.
Dengan demikian, dalam paham Qadariyah, selain manusia dinyatakan sebagai
makhluk yang merdeka, juga adalah makhluk yang harus bertanggung jawab atas
perbuatannya. Posisi manusia demikian tidak terdapat di dalam paham Jabariyah.
Akibat dari perbedaan sikap dan posisi itu, ilmu pengetahuan lebih pasti
berkembang di dalam paham Qadariyah ketimbang Jabariyah.
Dalam hal musibah gempa dan tsunami baru-baru ini, karena
menyikapinya sebagai kehendak dan perbuatan Allah, bagi yang berpaham
Jabariyah, sudah cukup bila tindakan membantu korban dan memetik
"hikmat" sudah dilakukan.
Sedang hikmat yang dimaksud hanya berupa pengakuan
dosa-dosa dan hidup selanjutnya tanpa mengulangi dosa-dosa. Sedang bagi yang
berpaham Qadariyah, meski gempa dan tsunami tidak secara langsung menunjuk
perbuatan manusia, namun mengajukan pertanyaan yang harus dijawab: adakah andil
manusia di dalam "mengganggu" ekosistem kehidupan yang menyebabkan
alam "marah" dalam bentuk gempa dan tsunami? Untuk itu, paham
Qadariyah membenarkan suatu investigasi (pencaritahuan), misalnya, dengan
memotret lewat satelit kawasan yang dilanda musibah.
Ringkasnya, paham Jabariyah dapat menghambat perkembangan
ilmu pengetahuan dan keyakinan agama tidak dikukuhkan oleh hasil pengetahuan
yang benar, karena semua peristiwa dinyatakan sebagai aktivitas Allah. Sedang,
paham Qadariyah mendorong lahirnya informasi dan pengetahuan baru, dan
keyakinan agama dikukuhkan oleh pengetahuan yang benar, karena manusia
diasumsikan punya andil dan bertanggung jawab pada setiap peristiwa di dalam
kehidupannya, termasuk musibah yang menimpanya.
0 komentar:
Posting Komentar